Ikranegara Kusumaningrat Main Mata dengan Pelayan Burger Demi Jadi Pengusaha

Lantaran tak kunjung bisa mewujudkan impiannya sebagai pengusaha burger, Ikranegara Kusumaningrat sempat “gila”. Ia “main mata” dengan pelayan burger orang lain untuk mendapatkan resep rahasia, ukuran booth hingga di mana bisa mendapatkan bahan bakunya.

Bagi sebagian orang yang berniat menjadi pengusaha, memulai adalah sebuah proses yang cukup berat. Tak sedikit yang mengikuti berbagai seminar motivasi, membayar konsultan hingga trial and error yang memakan waktu. Tidak demikian dengan Ikranegara Kusumaningrat. Burger yang merupakan jajanan favoritnya di saat kuliah STMIK IKMI Cirebon, membuatnya ingin membuka usaha serupa.

Read More

Tetapi sayang, sedikit pun ia tak memiliki ilmu untuk membuatnya. Mencari informasi resep membuat burger tak kunjung didapatkan pria kelahiran Cirebon ini. Mengakalinya, hari demi hari ia rajin mendatangi sebuah outlet burger langganannya. Sampai-sampai ia bisa berkenalan dekat dengan para pelayannya. “Saya obrolin terus sama yang menjaganya, tanya kalau beli bahan baku burgernya di mana, cara pembuatannya gimana,” demikian pertanyaan yang sering kali dilontarkannya saat bertandang ke outlet burger tersebut.

Namun, bukannya jawaban yang didapatkan, justru sebuah penolakan mulai dari cara yang halus bahkan kasar yang cukup membuat lidahnya tak mampu lagi mencicipi lezatnya burger yang telah dibelinya itu. Tak putus asa,  ia kembali ke outlet burger tersebut di hari-hari berikutnya. “Saya bisikin ke si penjaganya, kalau kasih tahu di mana mendapatkan bahan baku burgernya, maka saya akan kasih dia duit,” ujarnya tentang caranya meluluhkan pelayan-pelayan burger itu. Di sakunya selalu ia selalu mengantongi alat pengukur meter.

Usahanya berhasil. Pelayan itu menunjukkan dimana tempat mereka membeli  bahan baku burger. Dengan berbagai alasan, ia juga berhasil mengukur booth burger orang lain itu dengan meteran yang selalu dibawanya. “Saya telah mendapatkan ukuran booth-nya, lalu saya datang ke distributor roti hingga berbagai bahan baku burger lainnya,” ceritanya tentang upayanya yang dianggap gila oleh semua teman-teman kuliahnya ketika itu.

Dengan informasi resep membuat burger yang seadanya, ia mulai trial and error membuat burger sendiri. Dibelinya burger orang itu setiap hari hanya untuk menyamakan rasa hingga akhirnya ia mulai melempar ke pasar sebagai upaya uji coba. “Akhirnya saat ada pameran di kota Cirebon, saya mulai memperkenalkan burger ini,” tukasnya melanjutkan, respon para pengunjung di pameran tersebut demikian bagus dengan burgernya sehingga akhirnya ia berani membuat desain booth untuk mengawali usaha.

Cibiran bertubi-tubi ia dapatkan saat mulai membuka outlet pertama di kota Cirebon, 4 tahun silam. Bahkan cibiran itu datangnya dari orang terdekat seperti orang tua, keluarga hingga teman-teman kampusnya. “Intinya mereka bilang, saya percuma atau gila membuka usaha burger,” ujarnya seraya menambahkan, ia dianggap remeh lantaran masih terlalu kecil untuk menjadi pengusaha. Kendati masih muda belia ia mengaku tak peduli dengan berbagai anggapan miring itu.

Alhasil, Zico, begitu ia biasa disapa, membuktikan usaha burgernya bisa menarik begitu banyak pengunjung setiap harinya. Melihat outletnya yang selalu dipadati pembeli membuat sejumlah orang ingin menjadi mitranya. “Akhirnya, mulai satu demi satu ada yang telpon minta bergabung menjadi mitra,” ujarnya. Lebih dari puluhan outlet kini ia miliki yang tersebar di Cirebon, Yogyakarta dan Cibubur, Jakarta.

Kiprahnya dalam memitrakan usaha burger yang berlabel Ajib Burger itu, membuat teman-temannya di komunitas pengusaha kota Cirebon ingin menjadikan dirinya konsultan kemitraan usahanya. Atas jasanya, beberapa brand usaha kuliner bisa berkembang pesat menjadi puluhan outlet. Fulus pun kian mengalir ke kantongnya bukan hanya dari Ajib Burger, tetapi juga dari jasa konsultan yang menjadi mainan barunya.

Terakhir, ia akhirnya joint dengan sebuah brand Pizza berlabel Pizza Van Java (PVJ). Selain mengurus kemitraannya, ia juga mengadopsi menu-menu Ajib Burger ke usaha tersebut. Usaha ini berkembang pesat dalam waktu beberapa bulan belakangan hingga kini sudah berkembang menjadi 5 outlet. Dari semua usahanya, kini ia bisa mengantongi penghasilan kurang lebih Rp 30 juta setiap bulannya.

Zico, seorang pemuda yang semula ditampar oleh cibiran tak sedap, kini menjadi seorang yang pengusaha muda yang disegani. Diusianya yang menginjak 26 tahun saat ini, ia telah menjadi jutawan. “Sekarang teman-teman yang tadinya mencibir saya, setiap kali bertemu saya selalu bilang tolong diajarin menjadi pengusaha,”ceritanya. Maka tak salah, ia juga sering diundang menjadi pembicara di berbagai seminar komunitas wirausaha di kotanya.

Menurutnya, menjadi pengusaha yang sukses memang harus berawal dari sesuatu yang dianggap gila bagi orang kebanyakan. “Langkah seperti ini sudah biasa di kalangan pengusaha, tetapi sangat tak masuk akal bagi orang yang bukan pengusaha,” pungkasnya.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.