Hari Pratignyo Modifikasikan Mie XP Dengan Sepuluh Level Pedas

Image Source: SiapBisnis .Net

Tak mau selumrah usaha mie kebanyakan, Hari Pratignyo menciptakan sepuluh level pedas di gerai Mie miliknya. Usaha berlabel Mie XP (Extra Pedas) itu pun laris manis. Bahkan dua jam sebelum menyantap harus sudah memesan. Seperti apa?

Mie merupakan salah satu jajanan yang paling biasa di Indonesia. Dari hanya sekadar mie instan hingga gerai-gerai mie menyebar di mana-mana. Rasanya juga amatlah lumrah, sebab hanya ada dua pilihan yakni pedas atau kurang pedas. Motivasi menyantap mie pun hanya sebatas berjajan untuk mengganjal perut yang sedang keroncongan.

Read More

Membuka usaha mie juga sangat mudah bagi siapa pun. Tak ada resep yang spesial, bumbunya pun sudah sepaket dengan bahan baku mienya dari pabrik. Sudah bisa ditebak, usaha mie yang jumlahnya tak sedikit itu masih merupakan usaha kecil yang tak kunjung besar, sebab pendapatannya juga biasa-biasa saja.

Tidak demikian dengan Hari Pratignyo. Usaha mie Jawa-nya yang sepi pengunjung tak dibuatnya berlarut-larut. Usaha yang hanya didatangi pengunjung orang tua itu di malam hari ditutupnya setelah berjalan setengah tahun. Ia lalu mencari ilmu agar usaha  mienya bisa laris manis.

Hari – begitu ia akrab disapa, akhirnya menemukan ide dari sebuah usaha jajanan kripik, yang memberikan level rasa pada kripiknya sehingga menyedot begitu banyak pembeli. “Saya pun berpikir bagaimana menerapkan level rasa ini pada mie saya,” ujarnya. Ia pun lebih optimis, untuk mie sangatlah tepat bila diberikan level pedas.

Tak tanggung-tanggung, sepuluh level pedas diciptakannya. “Level satu saya kasih satu sendok cabe rawit yang merah,” ujarnya seraya melanjutkan, jumlah sendok cabe yang diberikannya sejumlah level pedas yang diinginkan. Sementara bahan baku lain serta cara pembuatannya sangat simpel, tak jauh berbeda dengan pembuatan mie orang kebanyakan.

Usaha mie yang sempat ia suntik mati itu akhirnya kembali berdiri di salah satu jalan kota Krawang setengah tahun yang silam. Namun, ia mengganti namanya dengan Mie XP (Extra Pedas). “Ternyata saya benar, dengan memberikan level pedas saya menjadi beda,” tukasnya. Bila usaha mie Jawa yang pernah ia jalankan hanya didatangi 20 orang dalam sehari, Mie XP jauh berkali-kali lipat di atasnya yakni bisa mencapai 400 orang per hari.

“Bahkan dua jam sebelum makan mereka harus memesan nomor antri menggunakan sms, telepon atau bbm,” lanjutnya. Sehingga saat mereka tiba di gerai Mie XP, mie pesanannya langsung dibuatkan. Menurutnya, cara itu dilakukannya lantaran tak tega melihat pengunjung yang harus menunggu suguhan mienya selama berjam-jam.

Menambah keunikannya, ia juga memberikan pilihan toping untuk setiap suguhan mienya. “Mie yang tadinya kemasan cuma sederhana, atasnya saya kasih keju, kornet, sosis bakso dan sebagainya,” katanya. Perbedaan yang diberikannya melalui usaha mie ini, membuat pengunjung pun berdatangan dari seantero kota Kerawang.

“Orang datang ke Mie XP sebagai tujuan, bukan kebetulan mampir saja,” katanya. Benar saja. Usaha yang semula hanya dikenal oleh siswa lembaga kursus bahasa Inggris miliknya tak jauh dari Mie XP itu, kini menyebar dengan sendirinya karena promosi dari mulut ke mulut. Mulai dari anak-anak sekolah bahkan para pejabat pemerintahan pun kini telah menjadi pelanggan setianya.

Dengan level pedas itu jugalah, di kalangan anak muda tercipta cerita pengalaman makan mienya, semisal lomba siapa yang paling kuat makan mie level sepuluh. “Misalnya ada anak sekolah berlima, cowok, buat lomba siapa yang minum duluan saat makan mie level sepuluh berarti dia yang bayar,”katanya. Cerita seru seperti itulah yang membuat usahanya melesat tajam.

Tak heran, bagi pengunjungnya harga bukanlah masalah. Untuk level satu sampai lima ia memberikan harga Rp7 ribu. Sementara level enam sampai sepuluh ia tambahkan Rp2 ribu. “Kalau tambah toping tadi seperti sosis, keju, kornet dan sebagainya itu tambah Rp2 ribu lagi,” jelasnya. Besarnya animo Mie XP di kota itu membuat omset yang ditorehnya dalam sehari bisa menembus Rp 4 juta, bahkan lebih.

Menurut Hari, memberikan nilai tambah seperti yang diberikannya pada Mie XP merupakan ide yang belum dipikirkan oleh pengusaha mie lain di kotanya. Padahal ide tersebut sangat mudah ia dapatkan. “Nilai tambah itu sebenarnya gak perlu kita pikir sendiri idenya. Lihat yang sudah ada aja,” tandasnya. Hanya saja, melihat melihat usahanya yang terus menjulang, banyak pengusaha lain di kota itu membuat usaha mie dengan level serupa.

“Tetapi, herannya pelanggan Mie XP semakin bertambah setiap hari,” katanya. Untuk itu, dari delapan kompor yang ia sediakan untuk memasak, justru akan ditambahnya menjadi dua belas kompor. Satu orang koki harus mengerjakan empat pesanan yang menghabiskan waktu hingga 5 menit. Pemasakan pun harus dilakukan satu per satu, lalu pannya dibersihkan agar tidak menganggu kualitas masakan berikutnya.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.