JAKARTA, – Turunnya elektabilitas partai politik yang berideologikan Islam bukanlah disebabkan ideologinya. Melainkan, kurang kreatif dan tidak mampu berkerja maksimal. Hal itu diungkapkan Wakil Sekjen DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), saat diskusi yang bertemakan “Yang Mana Partai Islam di Indonesia?” yang digelar salah satu media online di Jakarta.
“Turunnya bukan karena agama, tetapi kurang kreatif mengangkat isu-isu yang berkembang di publik. Dan kinerjanya pun kurang maksimal,” ujar Malik.
Selama ini, parpol Islam selalu membawa isu-isu yang bersifat ideologis, seperti Piagam Jakarta dan mekanisme empat pilar. Akibatnya, anggota Komisi II DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) ini berpendapat hal-hal yang menyangkut hajat hidup orang banyak dan dinilai dekat oleh masyarakat tidak terjamah. “Dan itulah yang mempengaruhi penurunan elektabilitas,”.
Apalagi, saat ini belum ada figur yang mencolok dari partai Islam. “Sebab, sekarang faktor figur lebih dominan untuk memenangkan pemilu,” tutur Malik.
Hal senada juga diungkapkan Pengamat Politik, Burhanudin Muhtadi. Dirinya berpendapat bahwa partai Islam selalu kalah dalam bertanding di parlemen dalam hal memanfaatkan media dan merebut momentum, seperti dalam perumusan UU.
Menanggapi hal itu, Anggota DPR RI dari Fraksi PKS (Partai Keadilan Sejahtera), langsung membantahnya. Sebab, menurutnya PKS tidaklah pernah membuat dikotomi permasalahan. “Sebab, baik persoalan korupsi, ekonomi dan yang lain-lain juga persoalan Islam dan hal itu satu kesatuan,”.
Lebih lanjut, Ia menambahkan jika perspektif itu dipisahkan, itulah ideologi sekuler. “Kalo setiap problem itu diperspektifkan terpisah maka yang terjadi sekuler,” katanya.
Ia juga tidak setuju jika partai Islam dianggap tidak kreatif dan mementingkan hal-hal yang bersifat ideologis. Sebab, saat Undang-undang (UU) KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) akan diubah, dirinya mengklaim, pihaknyalah yang pertama kali menolak dan konsisten mencabut di Prolegnas (Program Legislatif Nasional).
“Karena, pemberantasan korupsi itu adalah bagian ajaran Islam yang harus ditegakkan,”.
Seperti diketahui, beberapa waktu yang lalu Lingkaran Survei Indonesia (LSI) merilis laporan bahwa tingkat elektabilitas partai politik yang berbasiskan massa Islam (PKS, PAN, PPP dan PKB) akan berada di bawah 5 besar dan hal itu menunjukan penurunan dibanding parpol berideologi nasionalis.
Menurutnya, jika jajaran parpol Islam yakni parpol yang berasaskan Islam dan parpol yang berbasis massa Islam (PKS, PPP, PKB dan PAN) tidak melakukan perubahan strategi program dan kampanye, maka parpol Islam terancam tidak masuk lima besar pada Pemilu 2019.
Berdasarkan perolehan suara parpol berbasiskan massa Islam pada Pemilu 1955 sebesar 43,7 persen, kemudian menurun pada Pemilu 1999 menjadi 36,8 persen, pada Pemilu 2004 naik sedikit menjadi 38,1 persen, dan Pemilu 2009 menurun menjadi 25,1 persen.