CREOcompany Terlanjur Basah Ya Sudah Mandi Sekali

Banyak yang berpendapat bahwa menjadi pebisnis itu tidak ada ilmunya. Hal ini, dibantah oleh 19 mahasiswa SBM−ITB dengan “melahirkan” CREOcompany, setelah mengikuti salah satu mata kuliah yang diajarkan di kampus mereka. Bisnis ini pun bukan sekadar coba-coba, sebab mereka berani mempromosikan produk mereka melalui event sebesar Inacraft

Menuntut ilmu di perguruan tinggi bidang bisnis ibarat kepalang basah, mandi sekalian. Dikatakan begitu, karena dalam salah satu mata kuliah, para mahasiswa diharuskan untuk menciptakan suatu ide bisnis dan lalu merealisasikannya. Seperti yang terjadi pada 19 mahasiswa dari Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM−ITB) ini.

Read More

Pada awalnya, di tempat kuliah mereka terdapat mata kuliah Integrated Business Experience (IBE). IBE diajarkan selama tiga semester berturut-turut di mana pada semester pertama berisi tentang planning, semester kedua juga tentang planning, dan semester ketiga tentang CSR (Corporate Social Responsibility = tanggung jawab sosial suatu perusahaan terhadap masyarakat, red.). Kemudian, dari IBE ini muncullah suatu “perusahaan” yang diberi nama CREO di mana CREO diartikan “membuat” dalam Bahasa Indonesia, create (Bahasa Inggris), dan “percaya” (Bahasa Spanyol). Dengan kata lain, CREO adalah perusahaan yang membuat produk inovatif dan membuat pemakainya merasa percaya terhadap kualitas barang yang dihasilkannya.

 “CREOcompany berdiri pada 17 Agustus 2011. Misi kami yaitu membuat pengguna produk CREO merasakan efisiensi dan kesederhanaan, dengan menawarakan produk inovatif. Untuk itu, kami menggabungkan beberapa ilmu terapan untuk menjalankan bisnis secara nyata dan memproduksi barang-barang yang kreatif,” jelas Christophorus David Budiarto, selaku Chief Executive Officer CREOcompany.

Dalam membangun “bisnis” ini, modal awal yang mereka tanamkan digunakan untuk membuat prototype produk, memproduksi barang, serta mempromosikan produk melalui social media, website, dan flyer. Sementara produk yang mereka hasilkan berupa Klotid yaitu jaket yang dapat bertransformasi menjadi tas, Pluft (bean bag yangdapat dijadikan tempat duduk sekaligus tempat tidur), Delmer (meja lipat berbobot 80 kg yang dapat diletakkan di atas tempat tidur, lantai, atau di outdoor), dan Delmer 2.0 (tempat laptop).

Klotid yang terbuat dari kain kanvas dan tersedia dalam enam warna yaitu merah maroon, navy blue, green army, hitam, putih, dan cokelat ini dijual dengan harga Rp345 ribu. Pluft yang terbuat dari bahan lotto dan berisi butiran styrofoam juga tersedia dalam enam warna yaitu merah maroon, biru dongker, biru neon, hijau tosca, ungu, dan cokelat. Produk ini dijual dengan harga Rp450 ribu. Sementara Delmer yang dibanderol dengan harga Rp270 ribu, terbuat dari kayu MDF dan tersedia dalam 10 warna yaitu merah, merah mawar, biru, hijau tosca, peach, hitam, putih, ungu, kuning, dan cokelat. Sedangkan Delmer 2.0 yang terbuat dari tyvek (kertas tahan air), tersedia dalam dua desain klasik dengan warna merah dan cokelat. Produk ini dijual dengan harga Rp150 ribu.

“Kami memperoleh tantangan dari dosen mata kuliah IBE untuk membuat produk yang kreatif dan solutif. Sehingga, kami pun terdorong untuk menciptakan barang yang tidak biasa, dalam arti, barang yang inovatif dan fungsional bagi konsumen. Nah, dari situlah produk-produk tersebut di atas kami ciptakan,” ungkap Christo, begitu ia akrab disapa.

Konsumen yang dimaksud dalam hal ini yaitu para remaja kalangan menengah atas. Dengan pertimbangan, remaja identik dengan kepraktisan dan hal itu ditunjukkan oleh Klotid. Remaja juga sering mengalami stres. Sehingga, dengan duduk-duduk atau tiduran di atas Pluft, maka stres akan hilang. “Untuk Delmer, kami melihat adanya kebutuhan akan meja yang ringkas dan mudah dibawa kemana-mana. Sedangkan Delmer 2.0 menggunakan material yang tidak biasa yang mampu menimbulkan rasa ingin tahu mereka hingga akhirnya mereka tergerak untuk membelinya,” ungkapnya. Dalam perkembangannya, CREOcompany melebarkan pasarnya dengan menjangkau orang-orang dewasa, yang kebetulan juga mulai menerima produk-produk ini.

Namun, produk-produk ini belum dapat ditemui di dalam outlet khusus, melainkan ditempatkan di dalam sebuah ruang kuliah di SBM−ITB yang mereka jadikan kantor operasional CREOcompany. Di samping itu, mereka juga memasarkannya melalui website mereka (www.creovolution.com) dan jejaring sosial, dengan pertimbangan biaya operasional. Sementara dari segi produksi, mereka menyesuaikan dengan permintaan pasar.

“Pada awalnya, kami hanya berproduksi dalam jumlah sedikit. Karena, pada bulan-bulan awal kami berjualan, sering terjadi penumpukan barang di gudang. Hal ini, bisa dimaklumi mengingat kami pemain baru. Brand kami pun belum terdengar. Untuk mengatasi hal ini, kami berjualan ke keluarga dan teman-teman, melakukan promosi di social media, berjualan di berbagai event hingga pada akhirnya orang-orang pun mengenal CREO. Brand kami pun menjadi semakin kuat. Imbasnya, permintaan produk terus meningkat,” ujarnya, dengan menyebutkan Klotid dan Pluft sebagai produk CREOcompany yang paling diminati pasar.

Meski begitu, laju “bisnis” ini belum bisa dikatakan mulus. Masih ada kendala di sana-sini.Masalah yang muncul pun beragam bentuknya, mulai dari konflik internal dan eksternal, tugas kuliah yang menumpuk, hingga motivasi yang menurun. “Untuk mengatasi kondisi ini, kami melakukan pendekatan secara personal untuk mencari akar permasalahan dan solusi terbaik. Kami juga sharing untuk memberikan feedback bagi setiap individu. Untuk masalah motivasi, kami memberlakukan sistem reward dan punishment,” ujar kelahiran Bandung, 17 Agustus 1991 ini.

Imbasnya, ia menambahkan, segala konflik dapat diselesaikan dan target yang diberikan dosen IBE pun tercapai. Di samping itu, hubungan antaranggota CREO menjadi semakin solid. Karena, masalah yang ada pada akhirnya justru menimbulkan rasa saling pengertian.

Masalah lain yang harus mereka hadapi berkaitan dengan status mereka sebagai mahasiswa. “Ya, kadang-kadang kuliah kami memang terganggu dengan adanya ‘bisnis’ ini. Tapi, dengan adaptasi dan pembagian prioritas, kami dapat membagi waktu dengan baik. Bahkan, pada ujungnya CREO mendongkrak nilai kuliah kami. Mengingat, CREO merupakan bagian dari IBE di mana IBE adalah salah satu mata kuliah yang memiliki bobot SKS terbanyak di SBM,” imbuhnya.

Namun, apa pun masalah dalam kuliah sambil berbisnis ini, ia melanjutkan, ada banyak pelajaran yang bisa dipetik seperti bagaimana mulai membangun bisnis, meminjam uang dari bank, membuat business plan, bekerja sama dalam tim, mengatasi konflik yang terjadi, dan mencari solusi atas setiap permasalahan.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.