Siap membuka lembaran (super) lama?
Gara-gara reuni dengan teman SMP kemarin, kita ketemu lagi dengan cowok yang jadi cinta monyet kita dulu. Setelah saling bertukar nomor ponsel, mulai, deh, kita dan si dia rajin SMS-an sampai akhirnya muncul ajakan jalan bareng saat weekend. Wah… jangan-jangan cinta lama bersemi kembali, nih!

Mulai dari Awal
Meski gebetan bukan orang baru dalam hidup kita, tetap saja kehadirannya sukses bikin hari-hari kita lebih berwarna. Kita dan si dia seperti baru saling kenal, deh. Maklum, sudah lama nggak ketemu, jadi tiap perubahan dalam hidup masing-masing ikut mempengaruhi suasana di antara kita (ehm!).
Biasanya perubahan paling menonjol pada cowok terlihat dari segi fisik dibandingkan karakter mereka. Makanya jangan kaget kalau dulu si dia yang dikenal sebagai cowok kurus kering berpotongan rambut aneh bisa berubah total. Penampilannya yang pede dengan badan tinggi berisi dan bergaya keren, tuh, sekarang bikin pangling!
Tapi karakter cowok pun bisa berubah 180 derajat seiring pertambahan usia dan keadaan di sekitarnya – sama seperti kita, kok. Kalau dulu kita naksir karena dia punya selera humor tinggi, kemungkinan besar dia masih bisa diajak ngobrol panjang lebar biarpun nggak seasyik dulu, atau malah lawakannya sedikit ‘menggaring’.
Biar nggak merasa asing, coba ajak si dia ngobrol basa-basi sebagai tahap penjajakan awal. Minimal dari gaya bicaranya kita bisa tahu, kok, sejauh mana dia sudah berubah dibandingkan saat dulu kita mengenalnya. Jadi, nggak ada salahnya menjalin komunikasi yang lebih intens lagi dengan si dia.
Lebih Kenal
Kita kudu siap menjalani proses pdkt lagi untuk saling mengenal pribadi masing-masing. Nggak perlu ngomongin yang terlalu berat, coba mulai dengan hal sederhana, misalnya soal hobi atau aktivitasnya sehari-hari. Biasanya dari situ pembicaraan akan ‘melebar’ tanpa perlu direncanakan, tuh.
Selain pdkt langsung dengan si cinta monyet, kita bisa memanfaatkan lingkungannya. Sebagai teman lama kita punya keuntungan lebih karena sejak dulu sudah kenal orang-orang terdekatnya. Makanya mulai dekati lagi teman-teman atau keluarganya untuk mencari tahu tentang dia.
Supaya motif kita nggak ketahuan, tinggal gunakan alasan reuni untuk bertemu teman-teman lama. Selain kangen-kangenan, kita bisa makin tahu soal kebiasaan hingga urusan mantan si dia saat ngobrol santai.Yang penting, kita tetap tenang sehingga teman-temannya nggak bakal curiga, he he he.
Sekali-sekali jadi ‘detektif’ juga, dong. Cari tahu kabar ter-baru dia lewat situs pertemanan seperti Friendster dan Facebook. Rajin-rajin, deh, online dan kirim comment supaya dia sadar kalau kita punya perhatian lebih. Boleh juga iseng-iseng menulis komentar lucu tentang foto-foto yang dia pajang. Kalau dia memang punya perasaan sama ke kita, dijamin kita bakal dapat banyak balasan (pribadi) dari dia.
Enak … Ngga Enak …
Punya niat untuk jadian lagi dengan cinta monyet pasti seru. Tapi kita juga harus tahu untung-ruginya biar nggak salah langkah. Yang jelas, salah satu keuntungannya adalah kita dan si dia nggak perlu terlalu banyak menyesuaikan diri terhadap karakter masing-masing – soalnya kita sudah saling kenal sejak dulu!
Apalagi kalau sejak awai kenal kita memang nggak pernah putus komunikasi dengannya. Nggak susah, kok, mencoba menjalin hubungan lebih dari sekadar teman setelah sekian lama saling kenal.
Selain itu kita bisa belajar dari pengalaman masa laiu. Begitu mulai berhubungan lagi dengan si dia, coba ingat penyebab putusnya hubungan kita. Kita jadi tahu apa yang harus dihindari dan dilakukan supaya hubungan kita yang sekarang nggak putus di tengah jalan lagi.
Nggak enaknya menjalin hubungan dengan cinta monyet adalah kita merasa nggak ada lagi yang spesial. Berhubung kita sudah kenal dari zaman si dia masih cupu, mungkin saja dia malah memperlakukan kita seperti teman lama – nggak romantis, deh, Siap-siap makan hati kalau malam Minggu dia malah lebih memilih jalan bareng teman-ieman cowoknya karena kita dianggap ngertiin dia.
Status = Penting
Begitu kita mengetahui banyak hal, coba baca ‘getaran’ di antara kita dan si dia. Kalau memang nggak ada, jangan dipaksakan – kita masih bisa berteman dengannya, kan. Tapi kalau ternyata kita dan dia sama-sama sering kirim ’sinyal’ nggak ada salahnya, tuh, melakukan pendekatan lebih serius lagi.
Pertemuan nggak sengaja dengan cowok di masa lalu memang berkesan. Tapi jangan sampai terbawa suasana nostalgia melulu, dong. Kalau dulu kita mengenalnya sebagai tipe cowok anti-cewek, bukan berarti sekarang pun tetap senang menjomblo atau tanpa pasangan.
Pastikan status si dia masih jomblo – sama seperti kita! – sebelum kita keburu jatuh cinta (lagi). Jika ternyata dia sudah punya pacar, sebaiknya mundur saja, deh, daripada terjebak cinta segi tiga. Apalagi kalau ternyata dia beristri (!), mendingan cepat ambil langkah seribu daripada dianggap perusak rumah tangga orang.