Aku Kamu Saya Anda Gue Loe Mas Mbak Pak Buk Kakak

Sepele sih, tapi terkadang pemakaian kata ganti bisa membuat orang sedikit bingung. Misal ketika anak kuliahan sedang jalan-jalan di mall dan melewati deretan stand ponsel, si penjaga yang nampak jelas lebih tua menawarinya : “ayo kakak, pilih hape yang mana?”

Contoh lainnya, ketika seorang pemuda anggap saja 20 tahun, mengurus pajak di kantor pajak. Saat memasuki kantor, satpam terlebih dahulu menyapa “selamat pagi Pak, silakan masuk”

Read More
Image: Merdeka.com

Contoh satu lagi, seorang wanita umur 18 tahun yang gede di Jakarta. Trus lagi piknik ke Jogja, dia merasa ada yang aneh, karena setiap ada orang yang nyapa pakai “mbak”. Cewek tadi jadi merasa illfeel dipanggil mbak. Mungkin menurutnya, dia masih muda, dan terminologi “mbak” mengacu pada “mbak-mbak” wanita tua yang ada di desa-desa, terutama Jawa. Mungkin dia pengen dipanggil cabe. Hehe, just kidding.

Dari ketiga sample diatas, siapa yang salah?

Nggak ada yang salah, yang paling penting adalah pemahaman. Saling menghormati.

Pepatah kuno “Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung” perlu kita terapkan dimana saja. Jangan mudah tersinggung jika dipanggil orang yang belum dikenal dengan beberapa kata ganti diatas. Karena, setiap orang dan budaya tiap daerah dan organisasi memiliki perbedaan.

Aku, Enyong / Inyong

Bagi orang Jawa, penggunaan kata ‘aku’ tergolong yang paling umum. Sementara hanya sedikit yang menggunakan kata ‘enyong’ atau ‘inyong’ (banyumasan) yang mulai ditinggalkan karena malu (kampungan), kalau saya pribadi, “enyong” adalah seni.

Berbeda dengan penggunaan ‘aku’ di tempat lain, misalnya di Jakarta dan sekitarnya. ‘Aku’ hanya digunakan untuk orang yang memiliki hubungan, misalnya hubungan keluarga, atau hubungan asmara. Jadi, kalau orang dari jauh trus merantau di kota-kota besar, menyebut diri sendiri dengan ‘aku’ terdengar menggelikan bagi orang lain, seakan-akan orang sedang membacakan puisi di pangkalan ojek, hehe.

Saya

Penggunaan kata ‘saya’ paling disarankan untuk digunakan. Sopan dan universal.

Gue

Gue atau sering ditulis dengan gua atau gw, merupakan bahasa sehari-hari yang digunakan oleh masyarakat Jakarta atau Betawi. ‘Gue’ yang asalnya dari China ini merupakan bahasa gaul untuk warga yang berada di daerah tersebut sampai sekarang. Bahkan beberapa penduduk yang datang ke Jakarta ikut-ikutan menggunakan ‘gue’.

Saya pernah ngobrol dan membahas soal penggunaan ‘gue’ dengan beberapa teman dari Palembang, Padang, Banten, Bandung, Betawi, dan saya sendiri asli dari Jawa Tengah. Beberapa diantara mereka kadang menggunakan ‘gue’, kadang ‘saya’ (saat di Jakarta), tergantung orang yang diajak ngobrol.

Tidak ada larangan orang menggunakan ‘gue’ untuk berbicara kepada teman sebaya. Dan itu adalah wajar jika di daerah yang mayoritas menggunakan gue.

Dulu, ketika saya masih baru, saya ingin mencoba menggunakan kata ‘gue’. Tapi sebelum itu, saya berfikir, jarang sekali orang jawa pakai menggunakan ‘gue’, kecuali mereka yang sudah hilang ‘medok-nya’ sama-sekali. Saya pun diskusi dengan teman-teman tadi. Mereka sepakat kalau saya sebaiknya tidak menggunakannya. Sebab, orang yang berasal atau menggunakan bahasa jawa (boso jowo) dalam sehari-hari kemudian datang ke Jakarta menggunakan ‘gue’ itu sangat tidak cocok, lucu tur wagu, tenan dab! Sebab, saya juga sempat memperhatikan tetangga yang pengen gaul dengan menggunakan ‘gue’ tapi malah jadinya malah aneh.

Maksud hati pengen dibilang gaul, tapi orang lain yang mendengar justru jadi geli, contoh sebuah dialog “hape gue dimana ya? padahal tadi tak cas trus wes penuh tak taruh lagi disini, owalah, jebulane hape gue kecemplung di blumbang, wak waaaww!”

Kamu, Loe, Anda, Ente

‘Kamu’ umum untuk teman sebaya.

‘Loe’ sebagai pasangan ‘Gue’

‘Anda’, jarang digunakan dalam bahasa sehari-hari. Penggunaan ‘anda’ hanya digunakan untuk situasi tertentu dan panggilan untuk orang yang dihormati, ‘anda’ lebih menitikberatkan pada objek yang dibicarakan.

Bapak / Ibu

Mungkin ada yang sewot ketika pemuda / pemudi dipanggil ‘Bapak’ atau ‘Ibu’. Mereka yang memanggil seorang pria / wanita yang telah dewasa merupakan sebuah attitude. Di dunia profesional, jarang sekali menyebut client atau rekan dengan ‘mas’ atau ‘mbak’, apalagi dengan ‘coeg’, oops.

Penggunaan Bapak atau Ibu lebih sering digunakan daripada sebutan ‘anda’, dan pemaikaiannya pun lebih baik daripada menyebut dengan ‘mas’ di dunia kerja.

Mas, Mbak, Kakak

‘Mas’ dan ‘mbak’ berasal dari Jawa. Penggunaannya pun sudah banyak dan hampir menyeluruh seperti ‘kakak’. Tak sedikit orang yang memanggil teman dengan menggunakan tambahan mas/aa/mbak/teteh/kakak untuk menghormati, walaupun usia dibawahnya.

Kebanyakan orang menghindari menggunakan kata ‘dik’, kecuali perbedaan umur yang terlihat jelas.

Ane, Ente

Merupakan bahasa serapan dari Arab. Ana dan anta (saya dan kamu). ‘Ane’ adalah alternatif untuk orang yang kagok, canggung, bingung ingin menggunakan ‘saya’ yang mungkin merasa baku atau ‘gue’ yang terlalu blak-blakan. Sementara ‘ente’ juga sering digunakan sebagai alternatif ‘kamu’ yang terdengar gimana gitu, ‘loe’ yang terdegar kasar atau ‘anda’ yang terkesan tidak mengenal.

‘ane’ dan ‘ente’ sekarang juga sudah banyak digunakan, terutama dalam forum online seperti kaskus. Sedangkan untuk bahasa Sunda sehari-hari, ‘ente’ setara dengan ‘kamu’, lebih halus ketimbang ‘loe’ atau ‘sia’.

Itu dulu deh, kalau ada yang mau nambahin / koreksi, silakan.

Info Terkait:

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.